Sabtu, 19 November 2011

sejarah editing

What’s Editing mean ?

Sejarah Editing
Pada saat lumiere mulai membuat film, editing belum menjadi bagian dari proses pembuatan film. Karena pada saat itu film-film lumiere hanya terdiri dari satu buah shot (single shot) dengan panjang durasi yang sama dengan kejadian sesungguhnya (real time). Tidak ada manipulasi waktu.
Melies adalah orang pertama yang membuat film dengan melalui proses editing. Editing yang dilakukannya masih sangat sederhana. Film pertamanya yang menggambarkan perjalanan orang ke bulan (a trip to the moon) hanya menggunakan editing untuk kesinambungan bercerita (cutting to continuity). Melies melakukan editing untuk menyambung tiap2 adegan yang hanya terdiri dari satu shot untuk tiap adegannya (sequence shot).
Le Voyage Dans la Lune – A Trip to the Moon (1902)
Dari sini bisa kita simpulkan bahwa editing terjadi apabila terjadi proses pemotongan dari banyak shot.
Seiring dengan perkembangan jaman, editing juga mengalami perubahan. Sebuah film tidak lagi terdiri dari satu shot untuk tiap adegannya. Kita juga kemudian mengenal adanya tipe shot. Sehingga editing memegang peranan yang cukup penting dalam pembuatan dalam sebuah film.
Dengan adanya editing, kita akhirnya mengenal adanya film time, waktu yang terjadi dalam film. Editing dapat melakukan manipulasi waktu dalam film. Sehingga waktu yang diciptakan bisa menjadi lebih singkat, atau malah sebaliknya menjadi lebih lambat. Sebagai contoh, sebuah kejadian 10 tahun bisa diceritakan hanya dalam waktu 10 menit. Begitu juga waktu yang hanya 10 menit, bisa diceritakan menjadi 1 jam.
Meskipun tahapan editing dikerjakan oleh editor dan dilakukan setelah proses pengambilan gambar, pemikiran editing (editorial thinking) sudah harus dilakukan oleh semua tim kreatif jauh sebelum pengambilan gambar dimulai. Sehingga ketika semuanya sudah masuk ke meja editing menjadi materi yang siap untuk diedit.
Pengertian Editing
Editing adalah proses penyambungan gambar dari banyak shot tunggal sehingga menjadi kesatuan cerita yang utuh.
Editor menyusun shot-shot tersebut sehingga menjadi sebuah scene, kemudian dari penyusunan scene-scene tersebut akan tercipta sequence sehingga pada akhirnya akan tercipta sebuah film yang utuh. Ibarat menulis sebuah cerita, sebuah shot bisa dikatakan sebuah kata, scene adalah kalimat, sequence adalah paragraph. Sebuah cerita akan utuh bilah terdapat semua unsur tersebut, begitu juga dengan film.
Seorang editor harus tahu bagaimana bertutur cerita yang baik. Dia bertanggung jawab dalam pengerjaan akhir sebuah film. Tanpa proses editing yang baik, sebuah produksi yang telah mengorbankan uang dan tenaga menjadi sia-sia. Memang benar, seorang editor hanya bisa menghasilkan film yang baik, sebaik materi yang dia terima. Hanya saja, seorang editor yang baik dan kreatif mampu menutupi semua kekurangan yang dialami ketika proses pengambilan gambar. Sehingga penonton tidak pernah tahu dimana letak ketidaksempurnaan itu.
Seorang editor dituntut untuk membuat keputusan setiap saat. Dia menentukan shot mana yang akan dipakai, berapa lama shot itu akan dipakai, kapan sebuah shot harus dipotong, bagaimana urutan shot yang disusun, dan sebagainya. Sebuah awal adegan bisa saja dimulai dengan Establish Shot sebuah tempat kejadian, tapi bisa juga dimulai dengan Close Up aktor. Sebuah materi yang sama bisa menghasilkan banyak kemungkinan. Apalagi dikerjakan oleh editor yang berbeda. Jangan ragu untuk bereksperimen dalam menyusun shot-shot tersebut.
Untuk membantu menentukan keputusan-keputusan tersebut, ada tiga hal yang perlu diperhatikan. Antara lain:
a. fungsional, menentukan sebuah shot berdasarkan fungsinya.
Sebuah shot lebar (Wide Shot) mempunyai fungsi yang berbeda dengan shot padat (Close Shot). Untuk menekankan sesuatu biasanya digunakan shot padat.
b. proposional, menempatkan sebuah shot sesuai dengan proporsinya.
Panjang pendek sebuah shot haruslah proposional. Begitu juga dengan penentuan titik potong (cutting point) dari sebuah shot. Penempatan shot yang terlalu panjang akan membuat penonton menjadi bosan, meskipun shot itu sangatlah baik. Begitu juga dengan penempatan shot yang terlalu pendek akan membuat penonton tidak menangkap pesan yang ingin disampaikan.
c. struktural, menentukan struktur susunan shot yang dibuat.
Struktur editing tidaklah harus berurutan dari a sampai z. Bisa saja strukturnya dimulai dari b-c-a-g-d dan seterusnya. Ini juga dikenal sebagai juxtaposition.
Pertimbangan ketiga hal diatas agar tujuan dari pesan yang ingin kita sampaikan bisa tercapai dengan baik.
TIPS
Posisikan diri kita sebagai penonton setelah kita selesai mengedit sebagian atau seluruh film kita. Tanyakan pada diri kita apakah pesan yang ingin disampaikan bisa diterima atau tidak. Mintalah bantua orang lain untuk menonton hasil kita untuk membantu mengurangi penilaian kita yang terlalu subyektif. Tanyakan juga kepada mereka apakah pesan yang mereka terima, apakah sudah sama dengan pesan yang ingin kita sampaikan
Editing berdasarkan media rekamnya
1. editing dengan media seluloid
editing dengan media seluloid secara fisik memotong dan menyambung pita seloluid. Biasanya menggunakan alat editing dengan merk STEINBECK dan MOVIOLA.
2. edting dengan media video
editing dengan melakukan proses copy dari satu pita video ke pita video yang lain. Menggunakan minimal dua alat yang berfungsi sebagai pemutar dan perekam (VTR, Video Tape Recorder). Editing seperti ini juga dikenal sebagai editing Deck to Deck atau Tape to Tape.
Karena menggunakan alat analog, kemungkinan terjadinya penurunan kualitas sangatlah besar. Selain itu, kemungkinan pita tergores (scratch) juga besar dikarenakan terlalu seringnya pita kita diputar.
Saat ini hampir semua proses editing dilakukan dengan menggunakan komputer. Semua materi terlebih dahulu ditransfer (capture/digitize) ke dalam komputer, baru kemudian dilakukan proses editing. Untuk ini diperlukan seperangkat komputer multimedia dengan video capture card (firewire card apabila menggunakan video digital) dan software editing. Saat ini banyak sekali software editing yang beredar di pasaran. Yang paling sering digunakan dalam dunia profesional untuk Digital Video (DV) adalah AVID XpressPro®, Adobe Premiere Pro® dan Final Cut Pro®.
Dalam pengerjaannya, editing dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Linear Editing
Editing dengan menyusun gambar satu per satu secara berurutan dari awal hingga akhir (seperti membentuk sebuah garis lurus tanpa putus). Sehingga seandainya terjadi kesalahan dalam menyusun gambar, kita harus mengulang kembali proses editing yang telah kita lakukan.
Editing dengan proses seperti ini biasanya dilakukan dengan media video.
2. Non-Linear Editing (NLE)
Editing dengan menyusun gambar secara acak (tidak berurutan). Dengan editng seperti ini, kita tidak lagi harus memulai editing dari awal dan berurutan hingga akhir. Kita bisa saja memulainya dari tengah, akhir, atau darimana pun. Tergantung dari materi mana yang telah siap terlebih dahulu. Dengan editing ini juga, memungkinkan kita untuk merubah susunan dan panjang gambar yang telah kita buat sebelumnya.
Editing dengan proses seperti ini hanya mungkin dilakukan pada media seluloid dan tekhnologi digital (komputer). Karena editing dengan media film sudah sangat jarang digunakan dan pemakaian komputer untuk editing semakin sering kita temui, maka Non Linear Editing identik dengan Digital Video Editing.
Editing yang akan kita gunakan adalah Non-Linear Editing
Editing Dokumenter
Secara Garis Besar, jenis film terbagi menjadi 2, yaitu fiksi (cerita) dan non-fiksi (dokumenter). Dalam pengerjaannya, khususnya di bidang editing, tiap-tiap film membutuhkan penanganan khusus. Sebuah film cerita lebih menekankan pada pengembangan plot cerita, sedang dokumenter lebih menekankan pada pemaparan sebuah tema.
Produksi film cerita biasanya jauh lebih bisa dikontrol daripada dokumenter. Skenario yang telah dibuat kemudian dipecah menjadi gambar-gambar yang siap di rekam (director shot/shot list). Kemudian semua kru mempersiapkan adegan yang akan direkam. Penataan kamera, lampu, warna, pemain dan sebagainya disiapkan untuk menerjemahkan skenario yang ada menjadi gambar (footage) yang siap diedit. Setelah itu editor bertugas menggabung potongan-potongan shot tersebut menjadi satu kesatuan cerita yang utuh sesuai dengan skenario yang telah dibuat.
Dokumenter secara umum bekerja dengan cara yang berlawanan. Tidak ada pemain disini, hanya subyek yang diikuti oleh pembuat film. Orang-orang sungguhan yang berada dalam suasana sungguhan, melakukan hal-hal yang biasa mereka lakukan. Penempatan kamera dan lampu hendaknya bukan menjadi hal yang menonjol. Peristiwa yang terjadi di depan kita tidak memungkinkan untuk kita melakukan itu. Peran sutradara menjadi tidak besar. Film dokumenter dibentuk di dalam editing. Ini menjadikan editor memiliki fungsi yang sangat penting dalam menyelesaikan pembuatan film dokumenter. Fungsi ini memberi kebebasan lebih bagi seorang editor dokumenter. Hanya saja yang perlu diingat adalah, dengan kebebasan juga tertadapat tanggung jawab yang besar.
Tahapan Editing
Film Fiksi
Keterangan:
• Logging: Mencatat dan memilih gambar yang akan kita pilih berdasarkan timecode yang ada dalam masing-masing kaset.
• NG Cutting: Memisahkan shot-shot yang tidak baik (NG/Not Good)
• Capture / Digitize: Proses memindahkan gambar dari kaset ke komputer
• Assembly: Menyusun gambar sesuai dengan skenario
• Rough Cut: Hasil edit sementara. Sangat dimungkinkan terjadinya perubahan.
• Fine Cut: Hasil edit akhir. Setelah mencapai tahapan ini, susunan gambar sudah tidak bisa lagi berubah.
• Visual Graphic: Penambahan unsur-unsur graphic dalam film. Seperti teks, animasi, color grading, dsb.
• Sound Editing/Mixing: Proses editing dan penggabungan suara. Suara meliputi Dialog, Musik dan Efek Suara
• Married Print: Proses penggabungan suara dan gambar yang tadinya terpisah menjadi satu kesatuan.
• Master Edit: Hasil akhir film.
Film Dokumenter
Tidak seperti film fiksi yang memiliki skenario, seperti yang disebut diatas, film dokumenter baru bisa dibentuk di editing. Untuk itu seorang editor bersama sutradara dan penulis skenario diharuskan menonton semua hasil shooting. Setelah itu kita bisa memulai editing di atas kertas, menentukan bentuk yang kita inginkan. Sementara kita melakukan ini, proses capture / digitize bisa dilakukan.
Istilah Tekhnis Editing
Metode Editing
Terbagi menjadi 2, yaitu CUT dan TRANSISI
• Cut
Proses pemotongan gambar secara langsung tanpa adanya manipulasi gambar
• Transisi
Proses pemotongan gambar dengan menggunakan transisi perpindahan gambar
Optical Effect secara garis besar terbagi menjadi 3, al:
1. wipe, perpindahan gambar dengan menggeser gambar lainnya.
Wipe meliputi banyak transisi, antara lain wipe, slide, dll.
2. fade, gambar secara perlahan muncul atau menghilang.
Fade meliputi fade in, fade out dan dissolve
3. super impose, dua gambar atau lebih yang muncul menumpuk dalam satu frame.
Dengan adanya tekhnologi komputer, transisi tidak lagi didasari oleh perpindahan gambar. Kita bisa menggunakan transisi berdasar elemen/bagian dari gambar, baru kemudian disambung dengan bagian lain dari gambar tersebut sampai gambar tersebut menjadi utuh.
TIPS
Pergunakan transisi sesuai dengan tujuan yang ingin kita capai. Penggunaan transisi secara berlebihan dan tidak tepat akan memberi kesan yang tidak baik bagi film kita.
Cut terbagi menjadi 2, al:
1. Match Cut, penggabungan 2 shot yang saling berkesinambungan
2. Cut Away, Penggabungan 2 shot yang sama sekali berbeda
Dalam film fiksi, match cut secara mutlak wajib dilakukan. Match cut memungkinkan sebuah film yang terdiri dari banyak shot yang terpotong-potong, seolah-olah bagaikan rangkaian gambar yang mengalir tanpa terasa adanya potongan.
Hal-hal yang harus diperhatikan agar terciptanya match cut:
1. matching the look
menyamakan arah pandang tiap2 subyek pada tiap2 gambar yang disambung.
2. matching the position
menyamakan letak/posisi obyek pada tiap2 gambar yang disambung.
3. matching the movement
menyamakan arah gerak subyek pada tiap2 gambar yang disambung.
Apabila kita mengabaikan ketiga hal diatas, maka akan terasa ada loncatan (jumping) dalam penggabungan gambar yang kita lakukan. Dengan memperhatikan match cut, maka akan tercipta adanya Continuity Editing.
Dalam film dokumenter, karena penanganannya berbeda dengan film fiksi seperti yang sudah di atas, continuity editing tidaklah mutlak dilakukan. Fungsi editing dalam dokumenter lebih mengarah ke cutting to continuity, editing dilakukan untuk kesinambungan bercerita, bukan kesinambungan antar shot.

Oleh: Ahsan Adrian

Prinsip Editing Film & TV

Tujuan dari editing film bukan hanya pada kontinyuitas atau kesinambungan cerita saja, jauh dari itu nilai dramatis tidah boleh diabaikan. Problem editing akan terjadi pada individual shot, apakah dalam shot tersebut merupakan gambar diam atau bergerak, apakah fokus ada pada foreground atau background, seberapa dekat subyek di dalam sebuah frame, apakah subyek berada di tengah atau salah satu sisi frame, bagaimana dengan warna serta cahaya yang ada dalam shot tersebut? Akan menjadi dramatis ketika shot sudah dijukstaposisi, shot ke dua harus punya relasi atau hubungan dengan shot sebelumnya. Hubungan antar shot tersebut harus diperhatikan oleh editor.
Film yang paling sederhana merupakan shot tunggal yang sudah merupakan rangkaian adegan, misalnya : seorang laki-laki memasuki café lalu duduk dan memesan minuman. Akan tetapi bisa jadi shot tunggal yang secara waktu merupakan waktu nyata/realtime ini menjadi tidak menarik, karena tidak ada perubahan komposisi, perubahan sudut pandang, perubahan ritme. Kasus seperti ini yang menjadi perhatian Griffith untuk mencoba membuat apa yang dinamakan dramatic time. Waktu nyata atau real time bisa dilanggar dengan dramatic time, dengan menempatkan shot lain bukan shot tunggal. Editor bisa menempatkan shot

Pemotongan Gambar
Ada dua jenis pemotongan gambar dalam editing, yakni cut dan transisi. Cut berarti perpindahan dari satu shot ke shot berikutnya secara langsung, tanpa ada transisi sama sekali. Sedangkan transisi atau effect transition , jenis sambungan yang menggunakan transisi/antara dari satu shot ke shot berikutnya. Editor bisa menggunakan cut atau transisi tergantung dari dampak atau efek apa yang diinginkan, karena secara prinsip penggunaan ke dua jenis transisi ini akan berbeda. Misalnya, durasi film yang sama akan terasa lebih lama jika dalam fim tersebut menggunakan efek transisi daripada penggunaan cut. Jenis pemotongan cut sendiri dibagi dua, yakni matched cut dan cut away. Match cut berarti ada kesinambungan antar shot satu dengan cut shot berikutnya. Sebuah sambungan atau cut dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Penyambungan
Editing tidak boleh membingungkan penonton, ini sebuah prinsip dasar yang harus dimiliki oleh seorang editor. Ketika shot disambungkan satu sama lain sehingga menjadi satu rangkaian, maka rangkaian shot tersebut harus dipahami oleh penonton. Barangkali, baiknya editor terlebih dahulu memahami tentang prinsip penyambungan shot, yang terdiri atas : sequence shot, cutting to continuity, classical cutting, thematic montage, dan abstract cutting.

Sequence Shot
Film atau adegan dibuat tanpa menggunakan pemotongan sama sekali atau no cut. Awalnya metode ini dilakukan karena pada awalnya sejarah film, memang belum dikenal dengan teknologi serta prinsip editing. Satu adegan direkam dalam satu shot, tanpa ada interupsi cutting. Makanya pada saat itu film belum bisa dibuat dalam durasi yang panjang. Akan tetatpi, saat ini sepertinya ini dijadikan sebuah model untuk pengambilan gambar secara khusus serta salah satu metode editing. Satu rangkaian adegan dilakukan dalam satu shot tanpa ada pemotongan gambar sama sekali. Misalnya saja, dalam sebuah naskah dituliskan sebuah adegan sebagai berikut : Dalam sebuah kamar kost, Sari mengambil handphone di atas meja, mengambil tas, lalu bergegas ke luar kamar. Sutradara yang menterjemahkan naskah ke dalam bentuk bahasa visual, sebetulnya bisa membuat berbagai treatment shot sesuai dengan gagasannya. Contoh adegan di atas misalnya, sutradara bisa membuat beberapa shot serta bisa jadi beberapa angle atau sudut pengambilan gambar. Namun, dengan konsep sequence shot, sutradara hanya membuat satu shot untuk rangkaian adegan tadi. Demikian juga dalam editing, editor tidak usah melakukan pemotongan atau cutting jika itu dimaksudkan sebagai sequence shot.

Cutting to Continuity
Ketika kita menyambungkan satu shot dengan shot lainnya, seorang editor harus memiliki motivasi atau tujuan yang jelas. Sebuah cerita atau adegan dirangkai dari beberapa shot. Cutting to continuity merupakan sambungan atau cut digunakan untuk melanjutkan cerita, cutting to continue teeling the story. Sebuah cut untuk menyambung scene dengan scene berikutnya. Misalnya, ada beberapa shot sperti ini : 1. Secangkir kopi 2. CU seorang pria 3. Tangan yang mengangkat cangkir kopi 4. Meletakan cangkir 5. Menghela nafas. Jika ke lima shot itu disambung maka akan menghasilkan cerita, misalnya menjadi seorang pria yang sedang meminum kopi. Dan ini yang dinamakan penyambungan untuk membuat satu cerita.

Classical Cutting
Kalau anda suka menonton sinetron atau film India, maka dipastikan kita akan melihat (baik disadari atau tidak) satu konsep penyambungan gambar seperti ini, yakni classical cutting. Yakni sebuah pemotongan untuk memperjelas, mendramatisir atau menggarisbawahi sesuatu (shot), cutting to clarify, dramatize or underline the previous shot. Hampir sama dengan jenis sambungan cutting to continuity, bedanya dalam jenis penyambungan ini diharapkan penonton akan mendapatkan efek yang dramatis akan perpindahan gambar ini. Misalnya ada dua tokoh yang sedang berantem dengan ekspresi muka yang marah. Editor melakukan penyambungan beberapa kali pada ke dua tokoh tersebut dengan maksud untuk memperjelas bahwa ada konflik di antara ke dua tokoh tersebut.

Thematic Montage
Sudah sejak dari jaman awal sinema, para sineas Russia telah mencoba beberapa eksperimen penyambungan gambar. Dan yang paling polpuler yang mereka lakukan, dan hingga kini masih berpengaruh pada para sineas dunia yakni metode penyambungan gambar thematic montage. Yakni sebuah cut untuk menyambung satu cerita dengan cerita lain, sebuah cut untuk menyambung sebuah tesis (shot) dengan tesis (shot) lain; cutting to connect one story to another; cutting to argue one thesis to another.
Eksperimen ini dilakukan dengan cara menggabungkan satu cerita dengan cerita lain akan menghasilkan cerita yang baru. Sineas Russia itu mencoba menggabungkan, satu cerita tentang tentara dengan perlengkapan perang yang lengkap yang ke luar dari kapal perang. Di satu cerita lain, petani gandum yang sedang panen. Ketika ke dua scne itu digabungkan, maka seolah-olah akan terjadi invasi tentara pada petani gandum.

Abstract Cutting
Sebuah cut yang tidak untuk menyambung cerita, tidak untuk memperjelas atau mendramatisasi atau menggarisbawahi sesuatu, juga tidak untuk menyambung satu cerita dengan cerita lain; juga tidak untuk menyambung satu thesis dengan thesis lain, maka sebuah sambungan berfungsi hanya sebagai sambungan belaka; cutting is cutting; cutting as cutting

NOTE: Penjelasan tentang metode penyambungan gambar ini akan saya coba jelaskan dengan rinci lagi. Tulisan ini merupakan hasil diskusi di Editor Discussion League yang diselenggarakan oleh AEI (Asosiasi Editor Indonesia) yang saat diskusi tersebut dimoderatori oleh mas Sastha Sunu, salah seorang editor film serta dosen di IKJ. AEI, memiliki Board of Director, antara lain: Sastha Sunu, Andhy Pulung Widagdo, W. Ichwandiardono, Aline Jusria, Diki Umbara, Chandra Sulistiyanto, dan Ahsan Andrian

Kamis, 10 November 2011

Prinsip Animasi

Prinsip animasi yang berjumlah 12 pertama kali di kenalkan oleh dua orang animator Disney, yaitu Ollie Johnston dan Frank Thomas didalam bukunya yang berjudul The Illusion of Life: Disney Animation, pada tahun 1981
Pada dasarnya prinsip animasi adalah teori dasar fisika yang di aplikasikan pada animasi karakter. Namun secara spesifik bisa di artikan sebagai teori dasar yang wajib dimiliki oleh animator menghidupkan karakter animasinya
12 prinsip animasi
  1. Straight ahead action and pose to pose
  2. Timing
  3. Secondary action
  4. Anticipation
  5. Follow through and overlapping action
  6. Arcs
  7. Squash and stratch
  8. Staging
  9. Slow in, slow out
  10. Exaggeration
  11. Solid drawing
  12. Appeal
1. Straight ahead action and pose to pose
Ada dua teknik dalam pembuatan animasi, yaitu straight ahead dan pose to pose.
Mungkin anda pernah membuat animasi sederhana di sudut buku catatan anda yang tebal. dimulai dari halaman luar, kemudian dilanjutkan dihalaman berikutnya, dan seterusnya sampai animasi sederhana anda bisa di saksikan dengan mem-Flip book nya. Begitulah cara kerja straight ahead.
Straight ahead adalah teknik membuat animasi secara langsung dari awal gerakan sampai selesai. Teknik ini di anggap mampu memberikan sentuhan spontanitas yang ekpresif.
Namun jeleknya kita tidak bisa mengontrol jumlah frame yang diperlukan untuk membuat sebuah adegan. Dan juga sulit menjaga kontinyuitas gambar.
Pose to pose atau bisa juga disebut dengan taknik keyframe, adalah teknik membuat animasi yang lazim digunakan para animator yang bekerja secara team. Teknik ini akan mempermudah dalam perencanaan gerakan karena sebelumnya di buat pose atau keyframe terlebih dahulu sebelum di buat gambar inbetweennya.
Namun teknik yang paling efektif untuk membuat animasi menurut Richard Williams adalah penggabungan dari kedua metode tersebut.
2. Timing
Seorang animator harus mampu membuat perkiraan waktu dari sebuah adegan sehingga adegan/gerakan yang di buatnya mampu memberikan kesan yang nyata
Ketepatan membuat pengaturan waktu akan memberikan kesan yang tepat pada karakter sebuah benda atau orang, atau bahkan mampu memberikan informasi emosi karakter
3. Secondary action
Gerakan kedua adalah gerakan yang diberikan untuk memberikan kesan natural pada sebuah gerak benda/karakter. Misalnya animasi orang berjalan akan lebih baik jika diberi gerakan tangan berayun, baju bergerak, rambut yang naik turun, dst.
Contoh lain: saat berbicara ditambahkan dengan gerakan alis, dagu, mata, dst.
4.Anticipation
Saya menyebutnya dengan “gerakan sebelum gerakan utama”.
Jika gerakan utamanya adalah melompat, maka sebelum melompat harus ada gerakan pendahulunya, yaitu menunduk.
Gerakan antisipasi ini berlaku untuk semua adegan, misalnya gerakan menoleh, mengangkat tangan, bangkit dari tempat duduk dst
5. Follow through and overlapping action
Saya menyebutnya dengan “Gerakan setelah gerakan utama”.
Adalah gerakan yang terjadi setelah adanya sebuah aksi. Proses berhenti pada sebuah karakter tidak lantas menghentikan semua anggota objek.
Misalnya gerakan yang terjadi setelah katakter melompat, maka akan ada gerakan sisa dari  daya dorong tubuh.
6. Arcs
Gerak lengkung adalah gerakan alami pada semua objek yang ada di bumi ini. Setiap kita bergerak pada dasarnya adalah gerakan lengkung. Hal ini akan memberikan kesan dinamis pada pergerakan.
7. Squash and stretch
Elastisitas, adalah prinsip yang wajib di berikan untuk memberikan kesan lentur pada objek/karakter meskipun pada dasarnya objek tersebut adalah benda padat. Hal ini diberikan untuk memberikan kesan bobot atau bahkan untuk memberi efek kartun.
8. Staging
Penempatan bidang gambar pada frame. Pada dasarnya film adalah media yang di batasi oleh bingkai dan bersifat dua dimensional. Untuk itu animator juga wajib memahami teknik ini agar penonton dapat menerima pesan/gambar dengan cepat dan jelas.
Penempatan karakter/bloking dan posisi kamera juga penting untuk di pelajari oleh animator.
9. Ease in, ease out
Adalah akselerasi gerak.
Percepatan dan perlambatan gerak adalah sebuah kejadian yang wajar di bumi ini. Hal ini dikarenakan adanya daya dorong, gravitasi, dan bobot dari sebuah benda.
Semua gerakan pada dasarnya memiliki akselerasi.
10. Exaggeration
Dramatisasi adegan.
Khusus untuk animasi, animator harus memberikan ini pada setiap adegannya. Semua kejadian wajib dilebih-lebihkan, misalnya kaget, lesu, marah, bicara, dst
11. Solid Drawing
Kemampuan menggambar adalah mutlak bagi animator, sekalipun dia adalah animator 3 dimensi/komputer. Pengetahuan menggambar akan mampu memberikan kekuatan khusus pada saat animator membuat karya animasi. Misalnya kemampuan membaca objek yang bervolume, cahaya, bayangan, dan bobot.
12. Appeal
Daya tarik karakter.
Menariknya sebuah karakter dalam film animasi tidak lepas dari peran animator. karena tiap adegan yang diperagakan oleh tokoh animasi diciptakan oleh animator.
Kemampuan berakting dari seorang animator sangatlah perlu untuk menghidupkan karakter dan memberikan daya tarik serta kharisma dari karakter animasinya.
Untuk itulah seharusnya animator bisa berakting. paling tidak untuk keperluan animasi yang sedang dibuatnya.

Jumat, 04 November 2011

Cara Membuat Email lewat Google

Okelah langsung aja saya berikan langkah-langkah membuat email di gmail (google.com)
1. Langkah paling awal, siapkan koneksi internet, bukan browser, saya sarankan untuk memakai mozila fire fox, karena lebih enak dan cepat menurut saya
2. masukan alamatnya urulnya http://mail.google.com/ atau  http://gmail.com atau kamu juga bisa masukan dulu http://google.co.id, kemudian klik menu gmail pada bagian atas jendela google
cara membuat email di gmail
3. Kemudian pilih tombol [create an account] atau [sign up ke gmail]
4. Lalu masukan identitas kamu pada formulir pendaftaran, untuk langkah-langkah pengisian sangat mudah sekali, dan hamper sama dengan cara pengisian pada layanan email di Yahoo.com, kalau kesulitan dalam mengisi karena formulir berbahasa inggris, tinggal gantit aja bahasanya pada pojok kanan sebelah atas jendela formulir pendaftaran. Pilih bahasa sesukamu,
cara membuat email di gmail
5. Untuk pengisian verifikasi kata, jika sulit dibaca, bisa diganti dengan klik pada simbul kecil yang ada disebelah kanan kotak isian verfikasi kata.
cara membuat email di gmail
6.Kalau sudah diisi semua, tinggal klik tombol [I accept, Create my account] atau [Saya menerima. Buatkan akunku].. udah deh selesai
7. untuk mencoba menampilkan emailmu, lansung aja klik tombol [show me account] atau [saya siap – tampilkan account saya]
cara membuat email di gmail
8. Untuk menghindari serangan spamer terkadang gmail meminta verifikasi menggunakan SMS handphone kamu, masukkan saja nomor handphone kamu untuk mendapatkan no verifikasi yang digunakan untuk aktifasi akun Gmail. jangan kawatir, nomor handphone ini hanya digunakan untuk verifikasi akun email, oleh google tidak akan diapa-apakan.
masukkan nomor handphone kamu pada kolom yang tersedia kemudian klik Tombol [send verification code to my mobile phone]
cara membuat email di gmail
sesaat kemudian kamu akan mendapatkan SMS dari google, berisi kode verifikasi. masukkan nomor kode tersebut pada kolom yang baru saja tampil.
cara membuat email
kemudian klik pada tombil [verify]
9. setelah kamu klik verify, kamu akan menjumpai jendela seperti di bawah ini
cara membuat email di gmail
klik pada Link yang saya lingkari pada gambar di atas.
10. Kamu akan di bawa ke dalam jendela kotak masuk email kamu, untuk pertama kali ada satu pesan masuk dari gmail sendiri. Untuk membukanya, ya tinggal klik aja pesan yang tampil ada kotak masuk.
cara membuat email di gmail
11.Untuk keluar dari gmail kamu harus klik sign-out, dan jangan langsung klik exit pada jendela browser kamu. Karena kalau kamu tidak klik tombol sign-out dulu dan langsung klik exit, nanti suatu saat jika ada orang lain yang membuka layanan gmail pada komputer yang baru saja kamu gunakan, maka yang tampil adalah account gmail kamu… bisa bahaya kan???? Hal ini biasanya terjadi ketika akses email di warnet, pengguna terkadang lupa menekan tombol Sign out. kalau akses internet di komputer atau laptop pribadi sih tidak masalah, karena yang membuka kan cuma kamu sendiri
12. Jika sudah sign-up kemudian kamu ingin membuka email lagi, langkahnya cukup mudah, kamu tinggal akses http://mail.google.com, jika sudah tampil jendela gmail, masukkan id gmail, dan paswod kamu, kemudian klik [masuk] maka kamu akan di bawa ke kotak masuk gmail kamu…
cara membuat email di gmail
Sekian langkah-langkah membuat email di gmail dari saya, semoga bermanfaat.